Caleg Sakit Jiwa

Caleg Stres Menginap Bersama Sumanto

VIVAnews - Hari pemilihan umum sudah berakhir. Namun tidak bagi Waryati, bukan nama sebenarnya. Wanita berumur 33 tahun  ini merasa kampanye masih berlangsung. Selama lima hari setelah pencontrengan, wanita asal Menado itu terus-menerus berpidato.

Keluarganya mulai menangkap gelagat aneh. Mereka lalu membawa calon legislatif (caleg) Partai Gerindra ini ke Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa H Supono Mustajab di Desa Bungkanel, Kecamatan Karangayar, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Uniknya, di sini lah manusia pemakan bangkai, Sumanto, tinggal dan bekerja.

Kini wanita itu sudah tenang. Namun, pada hari-hari pertama perawatan, wanita yang tengah hamil empat bulan ini merasa masih dalam suasana pemilu. Tak jarang dia naik meja dan melakukan orasi politik.

Kepada VIVAnews, Waryati mengaku sudah menghabiskan uang Rp 100 juta. Tapi dia tak terpilih sebagai caleg. Namun saat ditanya apa partainya, Waryati mengaku, “tidak ingat.”

Waryati tidak sendiri. Di panti Bungkanel, setidaknya terdapat 15 orang caleg yang tengah dirawat. Lima orang adalah caleg yang gagal, selebihnya adalah tim sukses dan orang-orang yang membantu para caleg.

Salah satu caleg gagal adalah Jhoni, bukan nama sebenarnya. Dia berasal dari Wonosobo. Dia tercatat sebagai caleg PKB. Tapi saat ditanya apa partainya, ia mengaku tidak ingat. Dan saat ditanya berapa uang yang sudah dihabiskan, ia mengaku, “lupa.” Tapi keluarganya mengatakan Jhoni sudah menghabiskan Rp 200 juta untuk biaya caleg.

Menurut Supono, kedatangan para caleg mulai ramai setelah pemilu legislatif berakhir. “Penyebab utamanya karena uang,” ujarnya. Sebab, sebagian yang datang ke panti sudah menghabiskan banyak uang selama proses kampanye. Tetapi hasilnya malah nol. Keluarga mereka pun mulai melihat perilaku aneh caleg stres itu.

Di Bungkanel, Supono menyediakan 25 kamar. Sebanyak 15 kamar untuk pasien pria, sementara 10 kamar lainnya untuk pasien wanita. Untuk caleg stres, dua di antaranya adalah wanita.

Setiap kamar berukuran 3 x 4 meter. Di dalamnya terdapat ranjang, lemari dan kamar mandi di dalam. Bagi caleg stres yang masih mengamuk, mereka dikurung  di ruang perawatan isolasi.

Selain pengobatan medis, Supono mengaku melakukan perawatan dengan cara siraman rohani. Setiap pasien selalu diperintahkan melakukan shalat jamaah. Di sana pun ada acara istiqasah dan pengajian malam rutin.

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Supono mengakui dia ikut melibatkan Sumanto dalam perawatan caleg stres itu.

Sementara, manusia kanibal Sumanto mengaku  merasa senang dengan kehadiran caleg stres. Apalagi ada di antaranya berparas cantik.

Sumanto bertugas memandikan dan membantu menenangkan pasien. Untuk pekerjaan itu, Sumanto mengaku diberi upah sebungkus rokok oleh Supono. Bila tak ada kegiatan, Sumanto memilih berdiam diri di kamar. Mengaso.

Tapi Sumanto juga kerap kesal. Ini terjadi ketika para caleg stres tak menurut apa yang diperintahkan. Misalnya bila disuruh mandi, sang caleg malah teriak-teriak.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Sumanto sudah tinggal di panti itu sejak ia bebas tiga tahun lalu. Ia ditahan selama lima tahun karena mencuri  dan memakan mayat Mbok Rinah (80), warga Desa Majatengah, Kecamatan Kemangon, pada 11 Januari 2003.

Jasad itu dipotong-potong dengan golok, lalu dimakan Sumanto mentah-mentah. Sebagian lagi digoreng serta dipanggang atau disate. Atas perbuatan itu Sumanto sempat mendekam di lembaga pemasyarakatan Purwokerto. Namun setelah mendapat potongan tahanan, Sumanto bebas 25 Oktober 2006. Ia pun langsung ke panti Bungkanel karena warga desanya menolak Sumanto pulang.

Ketika ditanya, apakah saat kesal ada keinginan menyantap para caleg stres itu, Sumanto hanya tertawa. “Saya tidak doyan lagi daging manusia. Kata pak haji dosa,” katanya.

Laporan Sonik Jatmiko (antv) | Purbalinga

Muslimah saat makeup

Jangan Asal Pilih, 5 Tips Ini Harus Diperhatikan Muslimah Saat Memilih Kosmetik Halal

Menyambut Hari Raya Idul Fitri banyak Muslimah ingin tampil cantik dan menawan. Namun, memilih kosmetik halal di tengah banyaknya produk di pasaran bisa menjadi tantangan

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024