Politik Uang Merajarela di Pemilu 2014

Ilustrasi/Penolakan praktik politik uang atau money politic.
Sumber :
  • Antara/ Eric Ireng

VIVAnews - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y Thohari, mengatakan, aksi politik uang pada pemilihan umum legislatif tahun ini semakin merajalela, massif, dan terbuka. Menurutnya ada beberapa faktor sehingga politik uang semakin merajalela. Pertama, sistem pemilu yang terlalu personal, dan adanya persaingan antar calon legislatif di internal partai politik.

"Kalau dulu orang hanya memilih tanda gambar, sehingga rakyat sulit mencari politik uang," ujarnya dalam diskusi bertema Praktik Money Politic Dalam Pemilu 2014 di Gedung MPR, Jakarta, Senin 21 April 2014.

Faktor kedua, adanya tingkat kemiskinan serta pendidikan pemilih yang hanya tamatan Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama.

"Kadang ada anomali juga di berbagai tempat, semakin tinggi pendidikan semakin mahal. Kalau miskin Rp25 ribu, yang mahal Rp50 ribu," katanya.

Faktor ketiga, adanya kultur budaya politik bahwa sudah hal yang lazim untuk memberikan uang sebagai 'finishing touch'.

Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Pesta Gol, Duel Dewa United vs Madura United Dihentikan

Politisi Partai Golkar tersebut memberi contoh pada kultur politik pemilihan kepala desa, sudah hal yang lazim membagikan amplop sebagai finishing touch atau tembakan terakhir.

Ke depan, Hajriyanto menyarankan agar partai politik melakukan pembenahan secara total. "Sebab jika tidak dibenahi kita takut DPR ke depan dicap menangnya lewat amplop," katanya. (umi)

Ilustrasi Ekspor-Impor

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas menyambut baik capaian neraca perdagangan Indonesia yang surplus selama 47 bulan berturut-turut.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024