Suara Demokrat Anjlok, Anas : Ini Musim PDI-P

Tahanan KPK Gunakan Hak Suara
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum menilai anjloknya suara Partai Demokrat dalam Pemilihan Calon Anggota Legislatif 2014 karena memang bukan 'musimnya'.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

"Ya memang bukan musim Demokrat, ini musim PDI-P. Biasa lah ganti musim," kata Anas di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis 17 April 2014.
5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?


Mengenai konvensi calon presiden (Capres), Anas mengatakan proses konvensi pasti akan diakhiri. Walaupun belum diketahui pada akhirnya akan menghasilkan Capres atau calon wakil presiden (Cawapres).


Anas mengungkapkan, dia telah memprediksi sebelumnya bahwa pemenang konvensi akan sulit untuk menang dalam Pilpres.


"Hanya dulu saya pernah katakan kalau melihat hasil survei siapapun pemenang konvensi akan sulit menjadi pemenang di pilpres, dan Pak 'Lurah' waktu itu marah," katanya.


Terkait konvensi sendiri, akun twitter Anas (@anasurbaningrum), sempat berkicau membahasnya tadi pagi. Anas mengaku bahwa dia yang menyuruh seseorang untuk 'ngetwit' mengenai konvensi itu. "Hari Senin lalu, saya titip ke admin untuk dinaikkan. Saya tidak tahu sudah naik apa belum," katanya.


Sementara politikus Demokrat, Gede Pasek Suardhika, mengungkapkan bahwa anjloknya suara Partai berlambang mercy itu merupakan sebuah prestasi. Mengingat, sebelum pileg, banyak survei yang mengatakan bahwa Demokrat hanya akan mendapat suara dibawah 7%.


"Saya kira itu justru ini merupakan prestasi, prestasi keberhasilan pak SBY untuk menjaga marwah partai, karena kan diprediksi sebelumnya hanya 5 sampai 7 persen," katanya.


Menurutnya, faktor SBY merupakan unsur penting dalam meningkatkan suara Demokrat. "Kalau kami berangkat dari seminggu, dua minggu, sebulan sebelum pemilu, itu dibilang lima sampai tujuh persen. Tapi, ketika beliau (SBY) turun kampanye, bisa naik. Dapat dibayangkan kalau bukan pak SBY yang turun kampanye, mungkin hasilnya jauh lebih jeblok lagi," ujarnya. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya