Gerindra Curiga Politik Uang dan Golput Warnai Pemilu Legislatif

Ada uang ada suara, menerima serangan fajar
Sumber :
VIVAnews
Heboh Aksi Pedagang Buang Puluhan Ton Buah Pepaya, Ternyata Ini Penyebabnya
- Pemilihan umum legislatif tidak lebih dari 50 hari lagi, tepatnya 9 April 2014. Politik uang kerap muncul pada beberapa hari menjelang pemilihan. Partai Gerindra berharap Komisi Pemilihan Umum meningkatkan sosialisasi antipolitik uang.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

"Saya berharap KPU memaksimalkan sosialisasi Pemilu antipolitik uang. Masyarakat jangan pertaruhkan nasib bangsa hanya dengan beberapa lembar rupiah," ujar Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo di Jakarta, Senin 17 Februari 2014.
Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?


Hashim menganggap politik uang merupakan bentuk perusakan mental bangsa, baginya ini menjadi bibit awal dari prilaku korupsi. Mental ini justru menjadikan korupsi menjadi sulit diberantas di negeri ini.


Selain itu adik kandung dari Prabowo Subianto juga menyesalkan masih tingginya angka golput. Data ini salah satunya mengacu pada hasil riset lembaga survei.

Ia mencontohkan hasil dari Survei Tracking Institute pada Desember 2013 yang menunjukkan sebanyak 21 persen responden menyatakan tidak berminat berpartipasi dalam Pemilu Legislatif 2014 nanti.


Bahkan Ketua Komisi Pemilihan Umum Husni Kamil Manik memprediksi Golput masih akan mewarnai Pemilu 2014. Untuk itu Husni mengatakan, KPU menargetkan partisipasi Pemilu 2014 di atas 75 persen.


Hashim mengatakan, setiap warga negara yang telah memiliki hak suara, wajib dan berhak menggunakannya. Ia yakin tawaran calon wakil rakyat dari partai lain termasuk partainya, tidak semuanya buruk. Baginya, Gerindra telah menempatkan kader terbaik dan menjauhkan politik uang dari Pemilu untuk memajukan bangsa.


"Pilih caleg yang cerdas, jujur, dan menawarkan visi misi yang baik serta tepat dan dapat direalisasikan.  Tingginya golput justru akan semakin memperbesar terjadinya manipulasi dan kecurangan dalam pemilu," katanya.


Pemilu 2014 bagi pengusaha ini,  merupakan titik perubahan bagi bangsa  Indonesia, di tengah badai korupsi yang begitu luas dari Sabang sampai Merauke. Hashim mengkhawatirkan suara dari warga yang tidak menggunakan hak pilihnya, akan dimanfaatkan oknum atau caleg tertentu untuk kepentingan mereka.


"Dengan datang dan menggunakan hak suaranya di TPS, masyarakat sudah andil dalam pengawasan jalannya pemilihan legislatif. Suara masyarakat menentukan kualitas demokrasi, kualitas infrastruktur, menekan tingkat korupsi, dan kemajuan ekonomi lima tahun kedepan. Perubahan ditentukan oleh penggunaan hak suara dalam memilih wakil rakyat yang berkualitas," katanya.  (umi)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya