Pengamat: Politisi Rentan Korupsi Sejak Kampanye Pemilu

Iklan pembuatan atribut kampanye Pemilu
Sumber :
  • Antara/ Fanny Octavianus

VIVAnews - Partai politik dan para politisi kerap melakukan kampanye besar-besaran jelang pemilu digelar. Itu karena baik parpol atau calon legislatif yang diusung tidak percaya diri bakal keluar sebagai pemenang apabila tidak berkampanye secara besar-besaran.

Gelar kampanye secara mewah butuh dana yang tidak sedikit. Dari situlah bermula banyak calon anggota legislatif yang di kemudian hari tertangkap basah melakukan tindak korupsi.

Demikian analisa Didik Supriyanto, ketua LSM Rumah Pemilu Demokrasi dalam diskusi yang digelar Minggu, 2 Juni 2013, di Cikini, Jakarta Pusat. Menurut Didik salah satu penyebab anggota legislatif kemudian melakukan korupsi karena mereka harus mengembalikan dana yang besar saat kampanye pemilu.

"Itu kan disebabkan karena rasa tidak percaya diri mereka tadi, makanya giat melakukan kampanye di mana-mana," ujar Didik.

Didik dapat menyimpulkan hal tersebut karena apabila ditelusuri dari pemilu yang berlangsung di tahun 1999-2009 silam, jumlah anggaran belanja kampanye semakin meroket. Selain itu untuk partai pemenang baik itu partai lama atau baru, setelah diperiksa, ternyata anggaran kampanyenya sangat besar.

Karena itu, dia dan rekan-rekannya kemudian mengajukan kepada DPR untuk membatasi anggaran belanja kampanye supaya politik uang tidak semakin merajalela.

"Kalau seandainya anggaran dibatasi, contoh hanya Rp500 miliar, berarti kan mereka dapat menghitung kalau dengan sekian pengusaha maka jumlah itu sudah terpenuhi," kata dia.

Itu sesuai dengan aturan yang ada di Undang-Undang Pemilu Legislatif Nomor 8 tahun 2012 yang menyebut bahwa dana sumbangan dari perseorangan maksimal berjumlah Rp1 miliar, sementara dari perusahaan Rp7,5 miliar.

Tips Aman Meninggalkan Rumah Saat Mudik Lebaran, Jangan Lupa Pasang CCTV

Titip Dana

Seharusnya dengan pembatasan anggaran belanja kampanye, apabila merujuk kepada aturan tersebut, maka dapat dilacak dengan jelas berapa jumlah pengusaha yang menyumbang bagi calon tertentu.

"Namun kenyataannya yang terjadi kan tidak seperti itu, donatur perseorangan ini kemudian menitip dananya kepada calon anggota legislatif itu, lantas dikatakan sebagai kekayaan pribadi yang tidak jelas asalnya dari mana," ujarnya lagi.

Sayangnya menurut Didik, gagasan yang mereka ajukan diabaikan begitu saja oleh DPR. Padahal menurut dia, ide seharusnya malah disambut dengan tangan terbuka.

"Saya kemudian bertanya-tanya jadi sebenarnya mau orang parpol ini apa? Dari situ kemudian kami mengambil kesimpulan bahwa parpol sendiri justru ingin mencari untung saat kampanye berlangsung. Jadi apa yang mereka katakan selama ini bahwa mereka mencari dana mati-matian untuk kampanye itu keliru," kata dia. (ren)

Pimpinan Golkar di Daerah Minta Airlangga Dipilih secara Aklamasi di Munas, Menurut Sekjen
Tyas Mirasih.

Sambil Menangis, Tyas Mirasih Ungkap Kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Sambil menangis haru, Tyas Mirasih mengungkap kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina langsung di hadapan Raffi di sebuah acara.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024