Muhaimin Minta Caleg Artis PKB Tiru Semangat Mama Aleta

Screening Film Mursala
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, berharap para artis yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) melalui partainya dapat belajar pada kearifan dan kepemimpinan Aleta Baun atau yang kerap disapa Mama Aleta. 

Ngeri, ABG di Bekasi Kini Tawuran Pakai Panah

Dia adalah pejuang lingkungan yang meraih penghargaan Goldman Environmental Prize 2013 dari Amerika Serikat, atas upayanya menolak eksploitasi tambang marmer di wilayah Molo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

"Gali perjuangan Mama Aleta atas kecintaannya terhadap lingkungan, mereka harus belajar dari Mama. Beliau harus menjadi ikon menjaga lingkungan," ujar Muhaimin dalam acara bertajuk Belajar Pada Kearifan dan Kepemimpinan Mama Aleta di Jakarta.

Sri Mulyani Buka Suara soal Rupiah Tembus Rp 16.200 per Dolar AS

Tampak hadir dalam acara itu para artis yang menjadi caleg PKB, antara lain Krisna Mukti, Putri Nere, Tommy Kurniawan, Said Bajuri, Ressa Herlambang, Mandala dan Arzetti Bilbina. Selain itu, hadir pula Ketua DWP PKB DKI Habsiyallah Ilyas beserta para jajaran dan calon legislator PKB di Jakarta baik DPR RI ataupun DPR provinsi.

Politisi muda yang akrab disapa Cak Imin itu juga mengagumi filosofi dan komitmen Mama Aleta menjaga alam. Menurut Mama Aleta, perjuangannya melawan para penambang liar merupakan proses yang berat karena kerap mendapat tekanan bahkan ancaman kekerasan.

Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran ke PDI Perjuangan

"Intimidasi kerap saya alami, aksi pemukulan dan ancaman pembunuhan sering saya alami, rumah saya pun hancur oleh preman bayaran karena menolak tambang," kata Aleta.

Tolak Eksploitasi

Di hadapan para artis yang menjadi caleg PKB, Mama Aleta pun mengatakan tak pernah membayangkan bakal mendapat penghargaan hingga tingkat dunia. Dirinya mengaku hanya berjuang menolak para penambang yang hendak merusak lingkungan.
 
"Kami orang miskin, kami orang kecil, Kami menolak tambang karena kami tidak suka daerah itu dieksploitasi, itu adalah jantung NTT. Ketika lahan ditambang itu diberangus, sama dengan membunuh kami. Bumi harus tetap terbungkus, jangan ditelanjangi, kami butuh air dan hutan tetap lestari," kata Aleta.
 
Mama dengan segenap upayanya mampu memobilisasi tiga suku yang selama ini bertikai untuk bersatu melawan penambang. Secara damai Mama menduduki tempat-tempat penambangan marmer dengan aksi yang disebut "protes sambil menenun", dan perusakan tanah hutan yang sakral di Gunung Mutis, Pulau Timor, pun akhirnya bisa dicegah. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya