- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar menyatakan tak risau dengan hasil survei yang menyebutkan partai-partai Islam bakal jeblok di Pemilu 2014. Muhaimin yakin benar hasil survei tidak selalu dengan sama dengan kenyataan.
"Di tahun 2009, kami disurvei 1 persen tapi ternyata Pemilu dapat 5 persen," kata Muhaimin di Jakarta, Rabu 17 Oktober 2012. "Jadi artinya validitas survei tidak jangkau kontituen kami," kata Muhaimin yang juga Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu.
Konstituen yang tidak terjangkau itu, menurut Muhaimin, terutama di pedesaan. "Apa lembaga survei masuk pedesaan. Jadi menurut saya, satu versi survei itu bisa diterima tapi tidak usah risau karena survei memang begitu, hanya sampling," katanya.
Namun begitu, Muhaimin menganggap survei ini sebagai evaluasi. "Sekaligus PKB Oslam nasionalis tidak ada masalah. Kami Islam tapi nasionalis yang terbuka," katanya. "Dari Papua, dari Maluku ada kursi DPR padahal bukan basis muslim," kata Muhaimin.
Pamor partai politik berbasis Islam diprediksi semakin suram dalam pemilu 2014. Jajak pendapat Lingkaran Survei Indonesia(LSI) Network menemukan bahwa jika pemilihan umum digelar saat ini, maka tidak ada parpol Islam yang mendapat suara lebih dari 5 persen. Sebaliknya, partai nasionalis akan meraup suara antara 5 hingga 21 persen.
Hasil survei itu dilansir di Jakarta Minggu 14 Oktober 2012. Partai nasionalis yang diprediksi berkibar adalah Partai Golkar 21%, PDI-P 17,2%, Partai Demokrat 14%, Partai Gerindra 5,2%, dan Partai NasDem 5%. Sebaliknya, parpol Islam, yaitu PKS, PPP, PAN, dan PKB, diprediksi tenggelam. Perolehan suara mereka di bawah lima persen.
"Ini merupakan pertama kalinya partai Islam tidak masuk lima besar," kata peneliti LSI Network Adjie Alfaraby dalam pemaparan hasil survei "Makin Suramnya Partai dan Capres Islam di Pemilu 2014."
Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik
Pakar komunikasi politik mengatakan sosok Menteri Sosial Tri Rismaharini cukup populer di Jawa Timur tetapi elektabilitasnya tidak setinggi Khofifah Indar Parawansa.
