Guruh: Mbak Mega Mirip Pak Harto

VIVAnews - Politisi PDI Perjuangan Guruh Soekarno Putra menilai situasi yang dialami kakak perempuannya, Megawati Soekarnoputri mirip situasi yang dihadapi mantan Presiden Soeharto pada 1997 lalu, dipaksakan memimpin partai meski sudah capai.

"Mbak Mega diojok-ojok jadi calon tunggal. Seperti zaman Soeharto tahun 1997, diojok-ojok jadi Presiden. Pak Harto dari pidatonya dulu juga ngomong, coba dipikir dulu. Malah Pak Harmoko diminta ngecek, apa betul daerah-daerah masih menginginkan," kata Guruh dalam jumpa pers di Segara Village, Bali, Selasa 6 April 2010

Pak Harto, kata Guruh, dulu sebetulnya juga sudah capek. Bahkan dia juga mengaku mendengar saran Bu Tien sebelumnya bahwa Pak Harto harus mundur. "Tapi diojok-ojok terus.  Seperti tahun 1997, selalu diojok-ojok jadi calon tunggal. Nah Mbak Mega sekarang menurut saya situasinya mirip sekali," kata dia.

Terpopuler: Ramalan Zodiak sampai Penjelasan Buya Yahya Soal Panggilan Pak Haji

"Saya rasa keadaan Mbak Mega sekarang ini kok yo bisa kurang lebih mirip banget seperti zaman Pak Harto," kata Guruh.

Tahun 1997 lalu, Pak Harto, kata dia, sebetulnya ingin mundur, istirahat dan sebagainya. Kondisi itu yang dirasakan Mega saat ini. "Orang-orang di sekitar Mbak Mega selalu mendorong-dorong Mbak Mega, selalu memberi masukan ke Mbak Mega bahwa daerah-daerah semuanya masih menginginkan Mbak Mega," katanya.

Padahal setahunya, banyak daerah yang sudah legowo kalau Mega ingin istirahat dan mundur dari kursi pimpinan partai dan kepemimpinan PDI Perjuangan diserahkan pada generasi selanjutnya. "Dalam pengertian saya bisa mengukur, banyak daerah yang memilih saya. Mas Guruh saja yang meneruskan agar Mbak Mega bisa istirahat," kata dia.

Guruh sendiri akan maju sebagai kandidat ketua umum. Untuk mendapatkan dukungan, Guruh sudah membawa baliho yang dipasang di sekitar arena Kongres. Namun baliho itu kemudian diturunkan paksa. Mega sendiri diusung kembali menjadi ketua umum partai periode 2010-2015, dengan dukungan dari seluruh daerah.

Guruh sendiri ditawarkan menjadi Sekjen. Soal tawaran ini, Guruh mengaku masih dipkirkan. "Sekarang bukan masalah jadi ketua umum atau tidak. Ini masalah negara dan bangsa. Harus diutamakan dan diselamatkan. Tapi untuk menyelamatkan butuh satu alat, alat itu juga harus kita selamatkan," kata dia.

Kalau PDIP tidak selamat dan didominasi orang-orang 'keblinger', Guruh mempertanyakan mau dibawa ke mana partai berlambang banteng moncong putih ini. "Melenceng dari rel, maka akan terjadi bencana," kata Guruh.

Laporan: Peni Widarti | Bali

Pemain Indonesia U-23 Sedang Down, STY Berharap Suporter Bantu
VIVA Militer: Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran, Ayatollah Khamenei

Mengenal Sosok Pemimpin Tertinggi Negara Iran, Ternyata Bukan Presiden

Ayatollah Ali Khamenei yang telah memegang jabatan sebagai Pemimpin Tertinggi Iran sejak tahun 1989, adalah sosok yang mengemuka dalam sejarah dan politik negara tersebut

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024