Politisi PDIP Tjahjo Kumolo

Kampanye Sembako Murah Didasari Survei

VIVAnews - Kampanye sembilan bahan pokok murah yang digeber Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bukan asal bombastis. Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Tjahjo Kumolo, menjelaskan, kampanye itu didasari survei.

"Itu survei Lingkar Survei Indonesia, bahwa masyarakat, petani, nelayan, buruh, sekarang ini menghadapi problem sembako. Makanya kita melempar isu itu. Wajar, namanya kita partai politik. Punya strategi itu yang diinginkan masyarakat," kata Tjahjo ditemui usai rapat di Megawati Institute, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 27 November 2008.

"Kalau ada partai lain yang tersinggung, lho harus nya dia juga melempar yang sama. Karena sembako merupakan kebutuhan riil masyarakat kecil. Saya kira tak perlu kami tanggapilah. Silakan yang menanggapi itu, surveilah ke bawah. Apakah benar masalah sembako itu dimasalahkan," kata ketua Fraksi PDIP di Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Kampanye sembako murah dipakai PDIP untuk melawan incumbent Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Semua lembaga survei mengatakan rival terbesar Mega adalah SBY," kata Tjahjo. Masalah kalah atau menang nanti, "Giliran masyarakat," kata Tjahjo.

Sebelumnya, di sebuah harian ibukota, iklan sembako murah PDIP terpajang berdampingan dengan iklan Jaringan Nusantara yang mendukung Yudhoyono. PDIP memasang "Kenaikan harga sembako melampaui kenaikan daya beli rakyat" sementara Jaringan Nusantara seakan membalas memasang "Mana Mungkin".

"Mana mungkin harga sembako turun kalau pemerintahannya (dulu) mengidap korupsi, kalau waktu berkuasa (dalam waktu singkat) aset negara sempat dijual, kalau partainya sibuk cakar-cakaran, tendang sana tendang sini, kalau pimpinannya alergi demokrasi, bergaya feodal," bunyi iklan berlatar biru itu.

Kombes Iqbal dan Anak Buah Cegat Kendaraan di Lampu Merah, Bikin Pengendara Hepi
Aksi menentang kekerasan terhadap jurnalis. (Foto ilustrasi).

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023 Ungkap Keamanan saat Peliputan Belum Terjamin Penuh

Survei mengungkapkan, bentuk kekerasan Jurnalis berupa pelarangan liputan hingga teror dan intimidasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024