Ribuan Anak di China Keracunan Susu

VIVAnews. Jumlah anak berusia satu hingga lima tahun yang jatuh sakit setelah meminum susu beracun di China dalam enam bulan terakhir berlipat ganda menjadi 1200 jiwa. Bahkan sudah ada dua korban yang tewas setelah minum susu yang dicampur bahan kimia berbahaya.

Jokowi Launches Permanent Housing After Disaster in Central Sulawesi

Demikian ungkap pejabat kesehatan China, Senin 15 September, 2008. Wakil Menteri Kesehatan China, Ma Xiaowei, memberikan angka yang lebih detail mengenai jumlah korban. "Sebanyak 1253 balita (bawah lima tahun) jatuh sakit, sebagian besar menderita batu ginjal. Dari jumlah itu, sebanyak 913 bayi hanya mengalami sakit ringan, 340 bayi tetap harus dirawat di rumah sakit, dan 53 lainnya mengalami sakit parah," kata Ma kepada wartawan dalam jumpa pers kemarin.

Sanlu Group Co. yang memproduksi susu bermasalah tersebut mengatakan bahwa para pedagang yang menjual susu produksi mereka dalam bentuk mentah telah mencampur susu dengan bahan kimia melamin yang biasa digunakan sebagai campuran plastik. Bahan itu bisa membuat kandungan protein dalam susu bubuk menjadi tampak lebih tinggi daripada yang tidak dicampur dengan bahan kimia apapun.

Gandeng IDH.ID, KoinWorks Sediakan Layanan Pay Later bagi UMKM dan Ritel

Susu bermerk Sanlu tersebut diketahui sudah menyebabkan dua korban meninggal. Korban pertama adalah seorang bayi laki-laki berusia lima bulan dari kota Lanzhou, ibukota Propinsi Gansu. Bayi tersebut meninggal 1 Mei 2008 lalu. Korban kedua, masih dari kota yang sama, adalah bayi perempuan berusia delapan bulan yang meninggal 22 Juli 2008 lalu.

Pihak kepolisian telah menahan kakak-adik bermarga Geng. Mereka dicurigai menjual produk susu yang dicampur bahan kimia melamin di Propinsi Hebei. Mereka mengaku dalam sehari dapat menjual sekitar tiga ton susu campuran itu.

Jalan Salib Kolosal di Ruteng Ikut Dijaga Remaja Muslim, Ribuan Orang Menyaksikan

Sanlu Group Co. sebenarnya telah mendapat komplain mengenai produknya yang bermasalah awal Maret lalu. Dalam tes produk yang dilakukan pada bulan Agustus, ditemukan bahwa produk susu mereka yang telah beredar di pasaran mengandung melamin yang dilarang untuk dicampurkan dalam produk makanan.

Namun, mereka tidak segera menarik produknya dari pasaran sampai Kamis, 11 September 2008 lalu. Pemerintah Cina membela diri dengan mengatakan bahwa mereka baru diberi tahu mengenai masalah ini Senin kemarin, dan mereka hanya menyalahkan Sanlu karena tidak segera memberi peringatan kepada masyarakat begitu tahu produk mereka tercemar.

Perusahaan Sanlu yang 43 persen sahamnya dimiliki oleh perhimpunan peternak dari Selandia Baru, Fonterra, sebenarnya diharapkan menjadi contoh perusahaan yang mengutamakan keamanan dan kualitas produk. Namun kenyataannya tidak demikian.

(ap)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya