Krisis Keuangan AS

Harga Saham di Wall Street Turun Drastis

VIVAnews. Krisis yang mendera sejumlah institusi keuangan papan atas di New York, Amerika Serikat, menjalar pula ke harga saham. Pada perdagangan awal pekan ini di bursa Wall Street, indeks harga saham "terjun bebas" hingga mencetak rekor terendah dalam tujuh tahun terakhir.

Kubu 03 Bantah Pemilu Ulang Hambat Pelantikan Presiden Terpilih: Alasan Mengada-ada

Situasi tersebut terlihat saat penutupan perdagangan Senin sore, 15 September 2008, waktu New York (Selasa pagi WIB). Indeks harga saham industri Dow Jones anjlok lebih dari 500 poin - atau lebih dari empat persen ketimbang tingkat akhir pekan lalu - menjadi 10.917,51.

Itu merupakan penurunan paling drastis yang terjadi di Wall Street sejak 17 September 2001. Tujuh tahun lalu pelaku bursa juga menyaksikan situasi yang serupa beberapa hari setelah serangan teroris 11 September 2001 yang melumpuhkan kegiatan rutin New York - salah satu pusat perdagangan saham terbesar di dunia. Saat itu indeks harga saham turun 684,81 poin ketika perdagangan dibuka enam hari setelah serangan teroris.

Profil Sandra Dewi, Artis Cantik yang Suaminya Terjerat Kasus Korupsi

Akibat harga saham anjlok, menguap pula dana sekitar US$700 miliar, baik berupa dana rencana pensiun, tunjangan pensiun pemerintah, dan portfolio investasi. Rekor terburuk harga saham dalam tujuh tahun terakhir merupakan efek dari krisis yang menimpa sejumlah lembaga keuangan papan atas.

Salah satu korban yaitu Lehman Brothers, institusi keuangan yang telah berdiri selama 158 tahun namun akhirnya jatuh bangkrut akibat kredit macet sedikitnya US$60 miliar. Lembaga keuangan lain yang juga ditimpa masalah yaitu Merrill Lynch yang akhirnya dikuasai oleh Bank of America.

Wawancara Lawasnya Jadi Sorotan, Sandra Dewi Ogah Disebut Hidup Bak di Negeri Dongeng

Asuransi terkemuka di dunia, American International Group (AIG), dan perusahaan pembiayaan Washington Mutual juga ditimpa masalah serupa kendati tidak separah Lehman dan Merrill. AIG masih bisa bernafas lega setelah diizinkan Gubernur New York untuk melepas salah satu anak perusahaannya demi mendapat suntikan dana. Pekan lalu dua perusahaan kredit perumahan, Fannie Mae dan Freddie Mac juga kolaps sebelum dikuasai oleh pemerintah federal Amerika Serikat (AS).

Kalangan pelaku bursa saham khawatir tumbangnya satu per satu perusahaan-perusahaan top keuangan di AS tersebut bakal menjadi fenomena yang berkelanjutan. "Kita berada di tengah resesi yang dalam dan kelam dan ini tidak segera berakhir," kata Barry Ritholtz, CEO dari firma penelitian keuangan FusionIQ.

Apalagi Menteri Keuangan Henry Paulson Senin lalu menegaskan bahwa hingga kini pemerintah federal AS tidak akan turut campur membantu mengatasi krisis keuangan yang mendera institusi-institusi Wall Street. Rakyat Amerika masih tetap yakin akan "kondisi dan daya tahan sistem keuangan AS," kata Paulson. (ap)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya