Raksasa-Raksasa Wall Street Dihantam Badai

VIVAnews. Amukan badai tidak saja sedang mengancam penduduk pesisir negara bagian Texas, Amerika Serikat. Para eksekutif keuangan di bursa Wall Street, New York, pun dilanda badai. Namun badai yang mereka hadapi adalah krisis keuangan yang menumbangkan harga saham institusi-institusi kelas kakap. Aset-aset perusahaan dan tabungan mereka pun terancam ludes.

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Institusi-institusi yang dimaksud adalah dua perusahaan pembiayaan terkemuka Lehman Brothers dan Merrill Lynch, raksasa asuransi American International Group (AIG), dan Washington Mutual - perusahaan keuangan terbesar di Amerika Serikat (AS). Mereka adalah korban terkini dari krisis keuangan di AS yang berjuang menghadapi lesunya bursa saat mereka telah mempertaruhkan investasi miliaran dolar dalam bisnis hipotek properti (mortgage) yang dihantam masalah sejak awal tahun ini.

Para raksasa keuangan tersebut tengah megap-megap mencari dana segar setelah harga saham mereka terus-menerus anjlok dan investasi yang mereka tanam porak-poranda. Bantuan dana dari kalangan perbankan swasta dan pemerintah AS sangat mereka harapkan.

Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP

Maka, saat banyak orang bersantai di hari Minggu, 14 September 2008, para eksekutif dari tiga institusi keuangan yang bermasalah tersebut justru memeras otak untuk menyelamatkan perusahaan mereka dari kebangkrutan. Caranya, melobi para pejabat keuangan maupun para bankir untuk mengucurkan dana segar atau menjual aset-aset strategis.

Situasi tersebut melanda AIG. Didera anjloknya harga saham sampai 45 persen pada perdagangan pekan lalu, pimpinan AIG sudah mengisyaratkan akan menjual sejumlah aset strategis, diantaranya perusahaan penyewaan pesawat terbang yang selama ini diandalkan meraup banyak laba.

Pemudik Harus Hati-hati, Ada 19 Perlintasan Kereta Api di Brebes Tanpa Palang Pintu 

Penjualan aset ternyata tidak cukup. Ditekan oleh target mencari suntikan modal baru sedikitnya US$10 miliar, AIG juga tengah membujuk sejumlah bankir dan institusi keuangan seperti JP Morgan.

Kesulitan yang sama juga dialami oleh Washington Mutual. Pusing karena harga sahamnya di bursa terus menerus anjlok, pimpinan Washington Mutual juga mencari cara untuk menghimpun dana talangan. Namun perusahaan pembiayaan terbesar di AS tersebut masih belum berpikir untuk berunding dengan calon pembeli.

Sedangkan Merrill Lynch kini terlibat perundingan dengan Bank of America agar mau mengucurkan dana segar setelah harga saham mereka hancur lebur. Pasalnya kalangan pengamat sudah khawatir dengan nasib Merrill yang menanamkan investasi dalam jumlah besar dalam bisnis pembiayaan properti. Seperti diketahui bisnis pembiayaan properti di AS tengah dihantam krisis sejak beberapa bulan lalu.

Masalahnya, kalangan perbankan pun berhati-hati untuk diajak berunding para institusi keuangan yang tengah bermasalah tersebut. Mereka tidak mau berisiko ikut terjerumus dalam kubangan krisis saat investasi belum bergairah akibat masih rendahnya kepercayaan pasar sejak krisis hipotek properti melanda AS awal tahun ini.

Itulah sebabnya Bank of America maupun Barclays melepas minat mereka untuk membeli Lehman. Padahal Barclays Bank dari Inggris, Bank of America, JC Flowers, maupun China Investment Corporation sempat bernegosiasi dengan Lehman. Namun mereka dengan risiko kerugian yang mereka tanggung bila menjadi pemilik baru lembaga keuangan yang telah berusia 158 tahun tersebut.

Maka, seperti diungkapkan surat kabar Financial Times edisi Senin (15/9), kalangan perbankan menilai bahwa Lehman bisa saja dikuasai pemerintah AS setelah menyatakan bangkrut bila tidak ada yang tertarik mengakuisisinya.

Konsekuensinya, ribuan dari 25.000 staf Lehman akan kehilangan pekerjaan. Pemandangan itu sudah terlihat saat sejumlah staf Lehman meninggalkan kantor pusat di kawasan Manhattan, New York, sambil membawa barang-barang pribadi, alat-alat tulis maupun lukisan di dalam kardus. Ancaman serupa bisa jadi melanda Merrill Lynch. Menurut situs internet stasiun televisi NBC, kalangan pasar yakin bahwa Merrill Lynch terancam kehilangan kepercayaan investor maupun mitra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya